♥ Label

Rabu, 11 Juli 2012

Happy Ending OR Bad Ending ?


                
        Let see! 

      

      Hi? Aku Viona, aku siswa yang baru saja naik kelas menjadi kelas 3 SMP. Aku cinta sekolahku, walau aku hanya anak biasa yang mungkin nggak dapat prestasi apa - apa disekolah ku. Aku tidak mengerti mengapa aku mencintai sekolah ku ini ?. Apakah karena ada sesuatu ?. Atau ?. Aku sudah berpacaran dengannya semenjak aku masuk ke sekolah ini.
            Kalian percaya mana? Cinta mati karena usia atau cinta mati karena termakan waktu?. Yap, aku percaya keduanya entah kenapa? Mungkin kalau cinta mati karena usia, karena cinta ayah ku yang sudah meninggal. Dan jika cinta mati karena waktu itu, hubungan ku dengan Revand, yang cintanya lama – lama memudar. Aku cinta dia, tapi aku belum memastikan bahwa dia mencintai ku juga sampai sekarang. Sifatnya berganti semenjak anniversary ke 1 tahun.
           Mungkin ini hanya perasaanku saja, semoga begitu. Liburanku selama 3 minggu sudah habis, Ini hari pertamaku untuk masuk sekolah lagi. Terlihat anak kelas 7 baru yang sedang asyik tebar pesona didepan lawan jenisnya. Aku hanya memandanginya dengan biasa saja. Namun pandangan ku sudah tak biasa lagi ketika melihat Revand yang sedang asyik berbincang – bincang dengan adik kelas yang baru saja masuk. Kuakui, adik kelas itu lebih cantik daripada aku. Hati ku panas melihat Revand asyik berbincang. Sebetulnya tak apa. Namun, dari pagi aku datang dan sampai sekarang, Revand belum menyapa ku sama sekali. 
          Hati kecilku ingin menghampiri mereka. Namun, aku tak bisa. Aku takut ini hanya salah paham saja. Aku membiarkan mereka berbincang dan sambil memandanginya. Revand sepertinya menyadari keberadaan ku melihatnya dari kejauhan. Dan pada akhirnya Revand memisahkan diri dari anak kelas 7 itu, dan menghampiriku. Aku sadar bahwa Revand menghampiriku yang sedang berkaca – kaca entah kenapa. Aku menutup mataku agar mata berkaca itu tertutupi.
          “Hey, Vio, dari tadi disini?” tannya Revand kepada ku. Aku menjawab “Oh, nggak, baru kok. Emang kenapa?”. “Ngggg, ngga kenapa – kenapa. Ke kantin yuk Vi!” ajak Revand kepadaku. Aku hanya mengangguk kecil mengartikan ‘yuk’. Revand menggandeng ku ke kantin.
          Silang beberapa bulan dari itu. Aku merasakan sakit hati yang hebat. Aku jomblo (tak punya pacar). Aku tahu ini semua akan berujung sampai disini walau entah kapan. Waktu ku tersia – sia selama 2,5 tahun lamanya bersamanya. Dan sudah kupastikan, Revand akan bersama perempuan lain yang lebih baik dari ku. Yap, Revand sekarang bersama anak kelas 7 yang pada waktu itu kulihat. Walau hanya melihat nya bahagia bersama orang lain pun aku bahagia, walau aku tahu itu amat teramat menyakitkan. Kuharap mencintai dia pun aku bisa bahagia walau dia tidak mencintaiku.
          “Hey vio lagi apa?” lamunan ku tersadar karena ada anak laki – laki, tinggi, sedikit coklat, memakai kacamata, dia Dika. Dika, sahabat ku yang selalu mendengarkan dan memberi nasihat kepada ku. “Hm,.. ngg ngga, Cuma lagi duduk – duduk aja, kamu sendiri lagi apa disini?” tannya ku ke Dika. “Ya nyamperin kamu lah! kamu tuh dari tadi cuma ngucek – ngucekin daun, mending kamu cuci tuh cucian baju aku dirumah”. Aku tersenyum simpul, karena menyadari bahwa daun itu mengkotori tangan ku. “Galau ya? Ngaku lo!!! Cerita dong! Udah lama”. Aku menggelengkan kepala sambil berkata “iya galau, tapi gapapa lah”. Terlihat jelas muka Dika berubah menjadi wajah prihatin “Oh ya vi, aku tadi liat Revand sama anak kelas 7, kamu gak marah?” aku menundukan kepala “Hahaha ngapain aku mikirin orang yang udah nyia – nyiain waktu?” “kamu putus? Sejak kapan? Kok gak bilang – bilang sama aku si?” sontak Dika kepadaku. “Hahaha buat apa aku ngasih tau kamu Dik?” tannya ku sambil berguyon.  “Serius lah vi!” kata Dika kepadaku. “Mending cari cowok lain ya” omongan itu keluar tanpa aku sadari. “Hahaha aku banyak kenalan loh vi! Kece badai semua vi! Mau comblangin gak?” “Terserah kamu aja Dik” jawab ku pasrah.
         Aku tahu, pengaruh anak kelas 7 itu berpengaruh buruk buat Revand. Terlihat nilai Revand yang turun derastis, dan sifatnya yang menjadi ke kanak – kanakan.  Yah jelas lah, tapi aku gak perduli tentang dia lagi.
         Besok paginya, adalah hari kesukaanku, hari Minggu. Minggu, hari aku biasa berleha – leha melepas penat selama seminggu disekolah. HP ku bergetar dan mengeluarkan lagu ‘Fall For You’, menandakan adanya telfon dari seseorang. Kulihat layar HP ku, namanya jelas “DikaJeyek” kuangkat telfonnya. “Hallo, ada apa Dik?” tannya ku datar, “IH! Make nannya lagi ! Masih inget gak kemarin aku ngomong apa? Aku kan mau nyomblangin kamu sama temen aku. Cepet, di cafe biasa!” semangatnya, pikir ku. “Ah,.. males, aku belum mandi” “Yehh mandi!”. Ku pencet tombol bergambar telfon merah, menandakan ku matikan.
        Aku mandi. Setelah bersiap – siap aku berangkat ke cafe itu. Terlihat, Dika yang sedang asyik berbincang dengan temannya. Aku menghampirinya. Dika memasang wajah gembira. “Nah,.. ini nih yang namanya Viona, Vi kenalin ini Chiko”. Ku lihat orang itu, tampaknya membosankan. Tapi dia baik, sepertinya gak pernah berkelahi, anak 1 SMA.
       Senin, ku awali hari ku dengan bangun pagi dan berangkat ke sekolah. Yap, tanpa sarapan pagi.
       Sesampainya disekolah aku melihat segerombolan anak sedang berkumpul di lapangan dengan hening. Tak kusadari, aku ternyata terlambat. Aku memasuki gerbang dan menuliskan namaku di buku nama anak – anak yang terlambat. Aku bergabung dengan barisan anak terlambat di depan.
       Upacara pun selesai. Aku memasuki kelas ku, 9B. Disana, terlihat kursi yang kosong hanya satu, kursiku. Di pojok kanan belakang. Aku duduk dan memulai pelajaran.
       Bel istirahat terakhir berbunyi. Aku keluar mencari jajanan dan menghirup udara segar. Aku ke kantin, sendiri. Aku membawa minuman saja. Aku membayarnya.
       Aku pun pulang. Sesampai di rumah sudah kupastikan mama belum pulang kerja. Aku masuk dengan memasukan kunci ke pintu. Aku lupa, aku ada janjian sama Chiko hari ini. Aku bergegas mandi sore dan berpakaian. Aku menempelkan note di kulkas ‘ma, Viona pergi dulu, nanti jam setengah 5 Vio pulang, Love u mam’. Aku pergi ke cafe yang kemarin. Disana, ada Dika dan Chiko sedang berbincang, aku datang “Eh, maaf telat, tadi lupa” kataku sambil ngos – ngosan. “Hahaha, santai aja kali” kata Chiko kepadaku. “Hm,.. By the way ada apa ya Dik, Chik?” tannya ku bingung. “Hahhaa,.. kumpul – kumpul aja, biar makin deket” kata Chiko dengan nada datar.
      Pertemuan ku dengannya pun selesai. Aku sampai rumah terlambat 15 menit, didalam rumah sudah terlihat wajah mama yang sedang menghawatirkan ku. “Maaf mam, telat 15 menit, tadi macet” mama langsung mendekapku.
      Sudah beberapa bulan, aku memutuskan untuk tidak pacaran dengan Chiko. Aku tidak menyukai anak itu, terlalu cuek. Ku tahu, Move on itu tak semudah seperti orang – orang katakan. Tapi aku akan berusaha untuk tidak mencintai Revand. Sudah 5 bulan aku mencintai Revand tanpa dicintai.
      Akhirnya acara kelulusan ku datang juga. Aku sudah tidak ingin berlama – lama lagi disekolah ini. Cukup sakit yang kurasakan ini menggrogoti hati ku selama kurang lebih satu tahun lamanya. Saatnya membuka lembaran baru.
      Acara kelulusan di awali dengan pidato kepala sekolah. Ku tahu, ini adalah gerbang dimana aku harus melupakan semuanya. Karena bosan aku pergi ke luar untuk mencari minuman yang ada. Kulihat Revand yang sepertinya sudah tidak ada hubungan lagi dengan anak kelas 7 itu, karena akhir – akhir ini mereka jarang terlihat bersama. Kuberusaha untuk tidak menghampiri Revand. Buat apa ku hampiri orang yang sudah menyakiti perasaan ku?. Walau jujur, aku masih mencintainya, aku tidak bisa melupakannya dan berhenti mencitainya hanya dalam waktu 1 tahun. Tidak seperti dia, dapat melupakan seseorang yang tulus mencintainya hanya dalam jangka waktu yang singkat, dan mencintai seseorang yang baru kenal dengan mudahnya.
      Acara kelulusan selesai pukul 5 sore. Aku pulang sendiri, tanpa harus bersama – sama dengan teman – teman ku yang lain. Ditengah langkah kaki ku terlihat dua orang yang sedang menghalangi perjalanan ku ke rumah. Dika dan Revand sedang menghalangi ku. Bingung apa yang mereka lakukan menghalangi perjalanan ku. Mereka mengajak ku ke taman dekat sekolah.
      “Ngapain?” tannya ku dingin. “Vi, aku sadar cewek yang cintanya tulus tuh cuma kamu aja Vi, Vi please balikan ” Pinta Revand kepadaku. “Oh,.. selama ini kemana aja?” tannya ku kepada Revand. Air mata ku mengalir deras. “Vi, please maaf, manusiawi Vi, maklum cowok pasti gitu, please Vi, aku tau kamu masih sayang kan sama aku” pernyataannya yang amat datar. “apa?!” aku tersontak lalu meneruskan “ Coba kamu ulang pernyataan kamu Vand! Kamu gak bisa seenaknya perlakuin cewek kayak gitu! Manusiawi kata lo? Heh! Manusiawi gimana? Kamu Cuma nyia – nyiain aku aja Vand! Percuma kalau aku terusin cinta aku ke kamu yang ada bakal kayak kemarin lagi?!” aku sudah tak bisa menahan amarah. “Janji Vi, gak akan gitu lagi...” janji Revand kepada ku. Namun, sejujurnya aku ingin menerima cintanya lagi. Tapi, aku nggak bisa untuk menahan sakit yang sepertinya akan terulang lagi. Dan aku sudah janji kepada diriku sendiri, aku tidak akan menerima seseorang yang sudah menyakiti aku, demi kebaikan ku sendiri, walau itu sakit. “Maaf gak bisa Vand, makasih udah inget”. Dika memotong pembicaraanku dengan Revand. “Viona, aku suka sama kamu”. Aku tak menyangka. “Vi, sekarang, aku tau kamu masih sayang sama Revand. Tapi, aku Cuma ingin ngucapin itu, aku nggak berharap kamu jadi pacar aku kok” suasana menjadi hening, Dika meneruskan pembicaraannya “dan aku nggak pingin kamu terpaksa mencintai aku. Aku ingin nunggu kamu bener – bener tulus Vi, walau nggak tau kapan. Dan Dika Cuma pingin kamu memilih sesuatu yang terbaik untuk kamu.” Aku terdiam tak tau harus berbuat apa, aku harus memilih yang terbaik untuk diriku sendiri. “Hm... jangan guyon Dik, lagi serius.” Kata ku. “aku juga serius Vi” Dika membenarkan. “Terus kalau kamu suka sama aku kenapa kamu nyomblangin aku dik?” tannyaku bingung. “aku Cuma ingin kamu nggak sakit Vi, aku pingin kamu bahagia, simple”.  Aku bingung untuk membuat keputusan, kuikuti kata hati ku “Maaf Vand gak bisa” keputusanku sudah terucap. “Hm,.. iya Vi, kalau berubah pikiran SMS aku aja ya” kata Revand, Revand pun pergi.
      Di taman itu, hanya ada aku dan Dika. Aku berlari mengejar Dika yang sedang jalan untuk pulang. Aku memeluknya. “Makasih Vi, udah ngehargain cinta aku” Dika membalas pelukan ku. Dalam hati aku berkata ‘cobalah belajar mencintai seseorang yang  mencintai mu dengan tulus, walau susah, aku harus terus mencoba. Tak perlu aku melupakan Revand, aku hanya perlu menghapus cinta ku kepadanya. Dan menulis cinta dihati seseorang yang mencintai ku dengan tulus, Dika’. 


 The End

cipt. Tiravy Fatarani

Rabu, 04 Juli 2012

I Will Always Be There For You♥



               Disebuah tempat, ada seorang anak raja yang bernama Alice. Alice adalah anak yang pemurung, tak pernah tertarik dengan sesuatu hal layaknya anak raja dari kerajaan lainnya. Alice tidak pernah mempunyai sifat manja seperti anak raja lainnya. Begitu lah Alice, berbeda dengan anak – anak raja lainnya. Hobbynya menggambar, dan hobbynya itu bukan salah satu hobby – hobby yang biasa anak raja lainnya tekuni. Sifat Alice tersebut, menghawatirkan seluruh anggota yang ada di Kerajaan Stargrazer. Mengapa?, karena seharusnya Kerajaan Stargrazer mempunyai penerus yang menyukai hal – hal seperti science dan teori – teori mengenai hal itu.
               Pada suatu saat, ayah nya berniat untuk membawa seseorang untuk mengajari Alice mengenai science. Nama seseorang itu adalah Alex. Alex adalah anak biasa yang menyukai hal – hal seperti itu. Namun, kedatangan Alex tidak disukai oleh Alice karena dianggap mengganggu oleh Alice. Alice selalu berkata “Jauhi aku!, sudah ku bilang berapa kali! jauhi aku! Apa yang harus ku lakukan untuk menyingkirkan mu?!” itu kata – kata yang selalu Alex dapatkan ketika menjalani tugas dari sang raja.
               Alice kabur dari rumah. Untuk menjauhi permintaan – permintaan ayahnya yang betul – betul tidak Alice inginkan dan sepertinya tidak bisa Alice turuti. Walau pun ini dibilang terlalu nekat jika anak raja yang kabur. Siapapun pasti mengincar anak raja jika sang ayah membuat sayembara untuk siapapun yang menemui anak nya akan diberi apapun yang penemu inginkan.
               Keberadaan Alice terancam. Ayahnya benar – benar membuat sayembara itu. Alice bingung apa yang akan ia lakukan untuk selanjutnya. Bermodal tas yang berisi buku, pensil, penghapus, pensil warna, sepidol, makanan 3 hari dan jaket yang selalu menghangatinya, tidak bisa menjanjikan kehidupan Alice. Akhirnya Alice pergi ke sesuatu tempat yang benar – benar ia belum ketahui.
               Pada akhirnya, Alice kaget dengan tempat apa yang ia temukan. Fantastic! , Alice ucapkan dalam hati. Tempatnya indah seperti belum di sentuh oleh tangan – tangan jahil manusia. Alice cinta tempat itu. Alice mendapatkan  kehidupan yang indah disana. Bersama peri – peri yang menemaninya. Walau ukurannya tubuhnya berbeda dengan peri – peri tersebut. Namun, para peri senang dan menganggap Alice sebagai keluarga.
               Setiap hari nya Alice bermain – main dengan para peri. Dan menguguskan pensilnya untuk dijadikan menjadi sebuah objek di bukunya. Apa yang ia lihat disana ia gambar se detail mungkin. Peri – peri yang itu pun selalu membantu Alice untuk mendapat kan inspirasi untuk digambarnya.
               Sudah 2 bulan Alice berada disana. Semakin lama Alice semakin terlibat dengan urusan para peri – peri. Mulai dari mengurus tempat nya dan menghias tempatnya. Tempat itu bernama Wizzy. Wizzy di pimpin oleh seorang manusia. Tapi, sampai sekarang peri – peri tidak pernah memberi tahu Alice. Tidak tahu alasannya apa.
               Alice sedang menunggangi kuda dan pergi ke sungai yang dekat dengan Wizzy. Sesampai nya disana, Alice membawa air untuk menyirami bunga yang berada di Wizzy.
               Sesampainya disana, peri – peri terlihat resah entah kenapa. Alice pun ikut panik karena Alice tidak bisa melakukan apa – apa untuk menolong mereka jika Alice tidak tahu masalahnya apa. Alice pun bertannya kepada Carisa *Peri yang paling dekat dengan Alice. Carisa bilang bahwa akan ada yang terjadi beberapa minggu lagi yang akan menjadi musibah untuk Wizzy. Musibah itu adalah Shining Destroyer. Shining Destroyer adalah cahaya penghancur yang akan menghancurkan Wizzy dengan menggunakan cahaya hitamnya. Cahaya itu berefek buruk dengan tumbuhan yang ada di Wizzy. Tanpa tumbuhan yang ada di Wizzy, peri – peri tidak akan bisa hidup.
               Alice pun terdiam dengan detakan jantung yang berdetak deras dan agak menyentak. Alice tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Dan kalian tahu, Alice tidak pernah tahu mengenai science seperti itu. Dan Carisa bilang yang tahu mengenai itu hanyalah seseorang manusia yang pernah di iming – imingkan charming dan smart. Manusia itu belum pernah datang kembali semenjak kabarnya di utus oleh kerajaan Stargrazer.
               Alice terdiam saat Carisa menyebutkan kata “Stargrazer”.  Alice teringat pada ayahnya, walau menekan dan memaksa Alice, tapi Alice sayang ayahnya. Alice pun mencoba menebak – nebak siapa orang yang dikatakan Carisa. Pasti Alice tahu, walau ia tidak menyadarinya.
               Setelah Alice berfikir, apakah itu Alex? Dalam benaknya selalu teringat nama itu. Tapi, Alice tidak menganggap Alex charming dan smart, Alice menganggap Alex seperti hama. Tidak menguntungkan dan merugikan.
               Dan yap. Ternyata seseorang itu adalah Alex. Alex datang ketika keadaan Wizzy sudah hampir hancur. Alex datang ketika peri – peri sudah stres dan tumbuhan sudah perlahan mengenai efek Shining Destroyer itu. Alice marah kepada Alex “Hey! Kemana saja kau? Kau seharusnya mengurus Wizzy! Bukan berada di Stargrazer!” Alex hanya terdiam dan mungkin dalam pikirannya hanya ada rumus – rumus aneh yang sudah sang raja berikan. Alex berkata “Ya! Maaf kan aku Alice,.. aku tahu aku salah mengenai ini semua. Shining Destroyer itu tidak pernah muncul dalam benak ku! Jadi aku selalu tenang mengenai Wizzy! Mengerti lah! Aku juga sama seperti mu!” Alice terdiam dan matanya sedikit berkaca – kaca. Dia sebelumnya belum pernah di bentak seperti tadi.
               Alex pergi dan sepertinya mencari sesuatu untuk memulihkan Wizzy. Alex datang dengan beberapa bunga dan cairan – cairan yang tidak pernah sebelumnya Alice lihat. Dengan lihai, Alex mencampurkan bahan – bahan tersebut, lalu ia mencampurkannya dengan air yang Alice tadi bawa. Lalu campuran itu Alex siramkan ke bunga yang ada di Wizzy. Alice menganga melihat tumbuhan yang ada di Wizzy menjadi normal kembali hanya dengan mencampur – campurkan bahan. Peri – peri pun normal kembali.
               Alex pun datang menghampiri Alice. Ini pertama kalinya Alice tidak mengucapkan “Jauhi aku!, sudah ku bilang berapa kali! jauhi aku! Apa yang harus ku lakukan untuk menyingkirkan mu?!” kepada Alex. Alex tahu bahwa Alice membencinya. Karena ayahnya yang selalu mementingkan Alex dibanding Alice.
               Alex berkata “Maafkan aku Alice,.. Tentang memaksa mu menganalisis tumbuhan pada saat itu” *Pada masalah tumbuhan, Alice di suruh menganalisis tapi ia malah menggambar tumbuhannya*. Alice pun memaafkan Alex “Hm,.. iya gapapa ko lex, harusnya aku yang minta maaf. Soalnya selama ini aku berlaku kasar kepada mu.” Alex memaafkan Alice juga “Haha,.. gak apa apa kok,.. Alice kalau marah lucu”. Alice pun melirik Alex dan memukuli Alex dengan pensil yang ia bawa – bawa kemana – mana. Alice berkata “Lex, gak apa – apa kok kamu lebih di pentingin sama ayah. Dan berbagi ilmu sama ayah pasti asyik kan? Tapi kumohon,.. Jangan beri tahu siapapun mengenai Wizzy”. Alex berkata “Tenang,.. tidak akan ku beri tahu siapa - siapa”. Alice tersenyum.
               Keesokannya Alex datang mengunjungi Wizzy lagi. Dan membantu Alice mengurus dan menghiasi Wizzy. Mereka selalu bersama – sama.
               Alice berbaring di rerumputan dan di terpa angin yang menyejukan sambil melihat awan - awan yang menghiasi langit begitu indahnya. Sambil mencari inspirasi untuk gambar yang selanjutnya yang akan ia buat. Di kesantaiannya itu, Alex datang menghampiri Alice. Alice sekarang tahu, bahwa Alex bukan lah hama, selama ini Alice hanya iri saja kepada Alex. Alex memecahkan keheningan “Hey,.. boleh aku sedikit bertannya – tannya? Jika tidak, tidak apa – apa. Maaf kan aku jika mengganggu mu disini” Alice membantah “Tidak apa – apa kok!, boleh, tannya apa?” Alex mulai bertannya “Mengapa kau gemar menggambar?” Alice menjawab dengan senang hati “Iya,.. menggambar  itu seperti menciptakan sesuatu menjadi lebih indah, dan walau terkadang gambar tersebut tidak berarti apa – apa buat yang lihat nya. Berarti banget buat yang gambarnya, banyak makna” Alex berdeham menandakan ‘Oh’. Alex bertannya lagi “Hm,.. kalau kau ingin tahu, ku ingin beri tahu sesuatu mengenai ayah mu” Alice bangun dari baringannya itu dan duduk dan segera berkata “Apa?” Alex berkata dengan nada rendah “Ayah mu sakit, semenjak kau pergi meninggalkan kerajaan, dia hawatir mengenai mu. Banyak orang yang meneror nya seakan kau ada di si peneror, pulang lah,.. aku tak tega melihat ayah mu al..”. Mata Alice berkaca – kaca. Alice menangis sambil bekata “Aku mau pulang jika ayah tidak memaksakan aku lagi dan menekan ku walau menunggu itu sakit buat ku, tapi aku akan menunggu itu berubah” Alice mengusap matanya. Alex dengan lembutnya mendekap Alice.
               Keesokannya Alex datang lagi dan melihat Alice sedang menggambar di bawah pohon. Alex menghampirinya dengan sedikit panik dan berkata “Al,... kumohon kau pulang sekarang,.. Ayah mu sudah tak berdaya,.. Al,.. kumohon... menunggu itu bukan jalan yang benar,.. kumohon,.. semua pasti ada jalan yang terbaik Al..”  Alice langsung berdiri dan mengajak Alex ke kerajaan.
               Sesampainya di kerajaan Alice disambut baik oleh para anggota kerajaan Stargrazer. Alice langsung pergi ke kamar ayahnya. Dan betul kata Alex, ayahnya tak berdaya lagi. Alice datang dan langsung memeluk ayahnya yang sedang berbaring tak berdaya itu. Ayahnya menangis bahagia karena Alice mau pulang dimana itu adalah saat – saat terakhir pertemuan Alice dan ayahnya. Ayahnya berkata “Alice,.. kejarlah mimpi mu,.. Jangan ada yang ganggu mimpi mu,.. Lupakan tentang science,.. maafkan ayah telah memaksa mu selama ini,.. ku yakin kan kau akan bersama Ale.. ” pembicaraannya terpotong. Ayah Alice langsung tak sadar kan diri. Semua dokter pribadi sang ayah telah dipanggil dan mencoba menyadarkan sang ayah. Namun, sang ayah tidak bisa disadarkan lagi. Ayahnya telah tiada.
               Alice menangis tak percaya ini semua akan terjadi begitu cepatnya. Alice menangis meringkuk penyesalan telah meninggalkan ayahnya dikerajaan dengan tanpa perduli mengenai ayahnya. Alice menyalahkan dirinya sendiri.
               Alex datang ke pemakaman ayahnya. Dan terlihat jelas Alice disebelah makamnya yang sedang melamun. Alex miris melihat Alice seperti itu. Alex datang kepada Alice dan berkata “Alice,.. jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi, ini bukan salah mu, kematian sudah tuhan rencanakan”. Alice menatap Alex. Lalu Alex mengajak Alice pergi ke Wizzy untuk mengembalikan senyumnya lagi.
               Alice dan Alex sampai di Wizzy. Disana Alice melihat peri – peri yang menyusun bunga untuk Alice. Alice tersenyum simpul. Mereka perduli  itu kata – kata yang Alice ketahui.
               Beberapa tahun ia mengenal Alex. Alex mengubah hidupnya menjadi lebih sempurna dan berwarna. Dan pada akhirnya Alice tahu apa yang ayahnya biacarakan pada saat ia berkata ‘Ale’ dijung pembicaraannya, sepertinya ayahnya akan berkata ‘Alex’. Alex melamar Alice untuk menjadi pasangan hidupnya. Tak percaya Alice dengan semua yang sudah terjadi. Alice menerima Alex. Akhirnya kerajaan Stargrazer mempunyai penerus raja yang sempurna. Gambar dan science bersatu pada saat itu. Banyak kejadian yang mengistimewakan mereka. Dan pada akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.

The End
Cipt. Tiravy Fatarani
Cover By Salwa Nadia